This is an outdated version published on 2023-07-05. Read the most recent version.

The Advance of Regionalism Theory: Regional Cooperation in the Context of Old and New Regionalism Comparison Perkembangan Teorisasi Regionalisme : Kerjasama Regional Dalam Konteks Komparasi Regionalisme Lama dan Baru

Authors

  • Yusnarida Eka Nizmi Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Riau

Keywords:

Region, Regionalism, Old Regionalism, New Regionalism, Regional Cooperation, IMT-GT

Abstract

Abstract This research explores how regionalism theories explain regional cooperation and integration become essential elements in the changing of regionalism model. These theories clearly conceptualized that regionalism was driven by decision making process independently by regional actors as a response to various factors from in or beyond region. The end of Cold War dan the rising of globalization were the ultimate factors of the existing of new regionalism theory that sooner become comparison element in discourses between old and new regionalism. This research early statement was regional cooperation and regionalism former theories have bias by imposing state as the main driven of regionalism and focus on formal institutional establishment process in regional level. This research implies regionalism theory both old and new regionalism in comparing the advance of these theories. Qualitative method applies in this research. The data was collected by doing interview and collecting information from journals, books, and reports. This research shows that globalization ensures states to do regional cooperations which outward looking oriented or embedded export, short period in making working papers and has complementary among states. This kind of regional cooperation was named by Growth Triangle (GT). Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT) was become part of new regionalism model that was analyzed in this research. Keywords: Region, Regionalism, Old Regionalism, New Regionalism, Regional Cooperation, IMT-GT Abstrak Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana teori-teori regionalisme menjelaskan kerjasama dan integrasi regional yang menjadi dasar perubahan dalam model regionalisme. Teori-teori ini secara eksplisit mengkonsepkan regionalisme sebagai sesuatu yang digerakkan oleh pembuatan keputusan yang independen dari aktor-aktor regional sebagai respon terhadap faktor-faktor penyebab yang berasal dalam maupun luar kawasan. Berakhirnya Dingin dan kemunculan globalisasi menjadi faktor penentu dari hadirnya teori regionalism baru yang menjadi elemen pembanding dalam diskursus komparasi antara regionalisme lama dan regionalisme baru. Tulisan ini mengawalinya dengan berpendapat bahwa teori-teori awal dari kerjasama regional dan integrasi memiliki bias dengan menempatkan negara sebagai penggerak utama dari regionalisme dan memfokuskan pada proses-proses pembentukan institusi formal pada level regional. Tulisan ini menerapkan kerangka pemikiran dari teori regionalisme baik regionalisme lama maupun regionalisme baru yang menjadi dasar acuan dalam membandingkan perkembangan teori regionalisme ini. Metode kualitatif menjadi pilihan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan sekaligus wawancara dengan mengumpulkan data dan dokumen dari jurnal, buku, dokumen rapat, serta bertanya langsung kepada informan penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi memudahkan banyak negara melakukan kerja sama regional yang berorientasi pada ekspor, tidak memakan waktu lama dalam pembuatan kesepakatan perjanjian kerja sama, dan memiliki komplementaritas yang saling menguntungkan yang dikenal dengan Growth Triangle (GT). Indonesia Malaysia Thailand- Growth Triangle (IMT-GT) menjadi bagian dari regionalisme baru yang dipaparkan dalam penelitian ini. Kata Kunci: Kawasan, Regionalisme, Regionalisme Lama, Regionalisme Baru, Kerja Sama Regional, IMT-GT

Author Biography

Yusnarida Eka Nizmi, Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Riau

Abstract This research explores how regionalism theories explain regional cooperation and integration become essential elements in the changing of regionalism model. These theories clearly conceptualized that regionalism was driven by decision making process independently by regional actors as a response to various factors from in or beyond region. The end of Cold War dan the rising of globalization were the ultimate factors of the existing of new regionalism theory that sooner become comparison element in discourses between old and new regionalism. This research early statement was regional cooperation and regionalism former theories have bias by imposing state as the main driven of regionalism and focus on formal institutional establishment process in regional level. This research implies regionalism theory both old and new regionalism in comparing the advance of these theories. Qualitative method applies in this research. The data was collected by doing interview and collecting information from journals, books, and reports. This research shows that globalization ensures states to do regional cooperations which outward looking oriented or embedded export, short period in making working papers and has complementary among states. This kind of regional cooperation was named by Growth Triangle (GT). Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT) was become part of new regionalism model that was analyzed in this research. Keywords: Region, Regionalism, Old Regionalism, New Regionalism, Regional Cooperation, IMT-GT Abstrak Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana teori-teori regionalisme menjelaskan kerjasama dan integrasi regional yang menjadi dasar perubahan dalam model regionalisme. Teori-teori ini secara eksplisit mengkonsepkan regionalisme sebagai sesuatu yang digerakkan oleh pembuatan keputusan yang independen dari aktor-aktor regional sebagai respon terhadap faktor-faktor penyebab yang berasal dalam maupun luar kawasan. Berakhirnya Dingin dan kemunculan globalisasi menjadi faktor penentu dari hadirnya teori regionalism baru yang menjadi elemen pembanding dalam diskursus komparasi antara regionalisme lama dan regionalisme baru. Tulisan ini mengawalinya dengan berpendapat bahwa teori-teori awal dari kerjasama regional dan integrasi memiliki bias dengan menempatkan negara sebagai penggerak utama dari regionalisme dan memfokuskan pada proses-proses pembentukan institusi formal pada level regional. Tulisan ini menerapkan kerangka pemikiran dari teori regionalisme baik regionalisme lama maupun regionalisme baru yang menjadi dasar acuan dalam membandingkan perkembangan teori regionalisme ini. Metode kualitatif menjadi pilihan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan sekaligus wawancara dengan mengumpulkan data dan dokumen dari jurnal, buku, dokumen rapat, serta bertanya langsung kepada informan penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi memudahkan banyak negara melakukan kerja sama regional yang berorientasi pada ekspor, tidak memakan waktu lama dalam pembuatan kesepakatan perjanjian kerja sama, dan memiliki komplementaritas yang saling menguntungkan yang dikenal dengan Growth Triangle (GT). Indonesia Malaysia Thailand- Growth Triangle (IMT-GT) menjadi bagian dari regionalisme baru yang dipaparkan dalam penelitian ini. Kata Kunci: Kawasan, Regionalisme, Regionalisme Lama, Regionalisme Baru, Kerja Sama Regional, IMT-GT

References

Acharya, A. (2001). Constructing a Security Community in Southeast Asia – ASEAN and the Problem of Regional Order, (Routledge: New York).

Acharya, A. (2006). Europe and Asia: Reflections on a Tale of Two Regionalisms’, in: Fort, B. and Webber, D. (eds.), Regional Integration in East Asia and Europe – Convergence or Divergence, (Routledge: Oxon).

Amin, A. and Thrift, N. (1994). Globalization, Institutions and Regional Development in Europe (Oxford: Oxford University Press).

Breslin, S., Higgott, R. and Rosamond, B. (2002). Regions in Comparative Perspective’, in: S. Breslin, C.W. Hughes, N. Phillips, B. Rosamond (eds.), New Regionalisms in the Global Political Economy, (Routledge: London).

Castells, M. (1989). Informational City (Oxford: Blackwell).

Fawcett, L. (2005). ‘Regionalism from an Historical Perspective’, in: Farrell, M., Hettne, B. and v.

Langenhove, L. (eds.), Global Politics of Regionalism – Theory and Practice, (Pluto Press: London).

Haas, E.B. (1975). The Obsolescence of Regional Integration, (Institute for International Studies:

Berkley CA).

Hettne, B. (1999). Globalization and the New Regionalism: The Second Great Transformation’, in:

Hettne, B., Sapir, A. and Sunkel, O. (eds.), Globalism and the New Regionalism, (St. Martin’s

Press: New York).

Hettne, B. (2005). “Beyond the New Regionalismâ€Â’, in: New Political Economy, vol. 10, no. 4.

Higgott, R. (2006). The Theory and Practice of Region: The Changing Global Context’, in: Fort, B. and

Webber, D. (eds.) Regional Integration in East Asia and Europe, (Routledge: Oxon).

Hoffmann S. (1982). Reflections on the Nation-State in Western Europe Today, in Journal of Common

Market Studies, vol. 21.

Hurrell, A. (1995). Explaining the Resurgence of Regionalism in World Politics, in Review of

International Studies, vol. 21.

Hurrell, A. (2005). ‘The Regional Dimension in International Relations Theory’, in: Farrell, M., Hettne, B.

and v. Langenhove, L. (eds.), Global Politics of Regionalism – Theory and Practice, (Pluto Press:

London).

Jessop, B. (2004). ‘Multi-level Governance and Multi-level Metagovernance’, in: Bache, I. and Flinders,

M. (eds.) Multi-level Governance (Oxford University Press: Oxford).

Lipietz, A. (1987). Mirages and Miracles (London: Zed).

Milner, H.V. (1997). ‘Industries, Governments, and Regional Trade Blocs’, in: Mansfield, E.D. and Milner, H.V. (eds.), The Political Economy of Regionalism, (Columbia University Press: New York), pp. 77-106.

Mitrany, D. (1994). ‘A Working Peace System’, in: Nelsen, B.F., Stubb, A. C-G. (eds.), The European

Union – Readings on Theory and Practice of European Integration, (Lynne Rienner: London).

Moravcsik, A. (1999). The Choice for Europe: Social Purpose and State Power from Messina to

Maastricht, (UCL Press Limited: London).

Oman, C. (1994). Globalisation and Regionalisation: The Challenge for Developing Countries, (OECD:

Paris).

Ohmae, K. (1993). The Rise of the Region State, in: Foreign Affairs, vol. 72.

Schmitter, P.C. (2004). Neo-Neofunctionalism’, in: Wiener, A., Diez, T. (eds.) European Integration

Theory, (Oxford University Press: Oxford).

Schulz, M., Söderbaum, F. and Öjendal, J. (2001). ‘Introduction - A Framework for Understanding

Regionalization’, in: Schulz, M., Söderbaum, F. and Öjendal, J. (eds.), Regionalization in a

Globalizing World – A Comparative Perspective on Forms, Actors and Processes (Zed Books:

London).

Warleigh-Lack, A. (2006). ‘Towards a Conceptual Framework for Regionalisation: Bridging “New

Regionalism†and “Integration Theoryâ€Â’, in: Review of International Political Economy, vol. 13, no.

Wallace, W. (1992). ‘Introduction: The Dynamics of European Integration’, in: W. Wallace (ed.), The

Dynamics of European Integration, (Pinter Publishers: London).

Wendt, A. (1999). Social Theory of International Politics, (Cambridge University Press: Cambridge).

Wunderlich, Jens Uwe (2007), Regionalism, Globalisation and International Order: Europe and

Southeast Asia. England: Ashgate Publishing Limited.

Additional Files

Published

2023-07-05

Versions

How to Cite

Nizmi, Y. E. (2023). The Advance of Regionalism Theory: Regional Cooperation in the Context of Old and New Regionalism Comparison Perkembangan Teorisasi Regionalisme : Kerjasama Regional Dalam Konteks Komparasi Regionalisme Lama dan Baru. Jurnal Masyarakat Maritim, 7(1), 17–24. Retrieved from https://ojs.umrah.ac.id/index.php/jmm/article/view/5803