Tanggung Gugat Atas Jual Beli Pulau Lantigiang Berdasarkan Syarat Sah Nya Perjanjian
DOI:
https://doi.org/10.31629/selat.v8i2.3387Keywords:
Island Trading, Conservation Area, Responsibility.Abstract
Lantigiang Island, uninhabited island covering an area of ​​5.6 hectares located in Jinato Village, Takabonerate District, Selayar Islands Regency, South Sulawesi. This island is reported to have been sold by Syamsul Alam, who claims to be the owner of the island, to Asdianti, a resident of the Selayar island for Rp. 900,000,000 (Nine Hundred Million Rupiah). Lantigiang Island is included in the Takabonerate National Park area and is a protected conservation area. The conservation area aims to conserve the forest and the life in it, including the diversity of plants and animals and their ecosystems so that their functions can be carried out optimally. According to the agrarian regime, conservation areas are not for sale in general. This writing is compiled through a normative juridical analysis method with a statue approach, a conceptual approach and a case approach. Based on these three methods, it is necessary to observe and analyze which party is most responsible for the buying and selling process of the island of Lantigiang.
References
Buku
Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012.
Boedi Harsono, Sejarah Pembentukan Undang-undang pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 1999.
Much. Nurachmad, Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian, Transmedia Pustaka, Jakarta, 2010.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Kencana, Jakarta, 2017.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta, 1981.
Sudikno Mertokusumo, Ilmu Hukum, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2008.
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2009.
Artikel Ilmiah
Retna Gumanti, Syarat Sahnya Perjanjian (Ditinjau dari KUHPerdata), Jurnal Pelangi Ilmu, Volume 5 No. 01, http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/900/840#, 2012 .
Nanin Koeswidi Astuti, Analisa Yuridis tentang Perjanjian Dinyatakan Batal Demi Hukum, Jurnal Hukum to-ra, Volume 2 No. 1, http://ejournal.uki.ac.id/index.php/tora/article/view/1130/958, April 2016
Internet
https://ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id/index.php/2020/09/01/koordinasi-penyamaan-persepsi-jumlah-pulau-di-indonesia-tahun-2020/ diakses 16 Maret 2021.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/ diakses 16 Maret 2021.
https://www.liputan6.com/regional/read/4472400/klaim-sebagai-peninggalan-nenek-moyangnya-warga-selayar-jual-pulau-lantigiang-seharga-rp900-juta diakses tanggal 18 Maret 2021.
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Taka_Bonerate diakses tanggal 19 Maret 2021.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang No. 1 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Menteri Agraria No. 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 2021 (PP 18/2021) tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah.
Keputusan Direktorat Jenderal PHKA Nomor : SK. 150/IV-SET/2012 tanggal 17 September 2012 tentang Zonasi Taman Nasional Taka Bonerate.
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor : SK.23/KSDAE/SET/KSA.0/1/2019.
SK Menteri Kehutanan Nomor 92/KPTS-II/2001 tanggal 15 Maret 2001