ANALISIS MUTU DAN KEAMANAN PANGAN KERUPUK IKAN DI BEBERAPA DAERAH KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU

Authors

  • Yopan Febrian Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
  • Aidil Fadli Ilhamdy Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
  • Sri Novalina Amrizal Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

DOI:

https://doi.org/10.31629/marinade.v7i01.6819

Keywords:

Bahan Tambahan Makanan, Keamanan Pangan, Kerupuk Ikan

Abstract

Sektor perikanan menjadi penyumbang tertinggi pada perekonomian Provinsi Kepulauan Riaudengan capaian 1.059.050ton terhadap potensi tangkapan per tahun. Tingginya hasil perikanan yang ada, menimbulkan diversifikasi produk untuk mempertahankan mutu dan menambah nilai jual hasil perikanan. Kerupuk menjadi salah satu produk diversifikasi yang banyak diolah oleh masyarakat.Kerupuk ikan adalah sejenis makanan kering dengan tambahan pati dan daging ikan. Pengolahan kerupuk juga ditambahkan bahan tambahan pangan yang dapat disalahgunakan oleh produsen. Bahan-bahan tersebut ditambahkan dengan maksud agar produk kerupuk ikan lebih awet, warna kerupuk lebih cerah, atau membuat kerupuk lebih renyah. Formalin, boraks, dan pewarna sintetik merupakan bahan tambahan pangan terlarang yang seringkali ditambahkan dalam pengolahan produk pangan. Hal tersebut menjadikan perlunya dilakukan penelitian terhadap keamanan pangan dan nilai gizi pada kerupuk ikan dari beberapa daerah Kabupaten Bintan. Uji yang dilakukan berupa uji proksimat yang terdiri dari kadar protein, abu, air dan lemak. Sedangkan uji keamanan pangan yang dilakukan adalah uji kandungan boraks, formalin dan rhodamin B. Hasil uji menunjukkan kadar protein kerupuk Y1 13,24% dan Y2 13,72%, kadar abu kerupuk Y1 2,57% dan Y2 2,94%, kadar air kerupuk Y1 10,27% dan Y2 13,32%, kadar lemak kerupuk Y1 0,93 dan Y2 0,24. Semua kerupuk uji dinyatakan tidak mengandung formalin dan pewarna rhodamin B. uji boraks yang dilakukan menunjukkan bahwa kerupuk Y1 mengandung 0,9% dan Y2 mengandung 1,05%. Secara keseluruhan kerupuk Y1 dan Y2 belum memenuhi SNI 8272:2016danmasih mengandung bahan tambahan pangan yang dilarang sehingga dapat membahayakan Kesehatan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. The Association of Official Analytical Chemist, Inc: Arlington.

Agusnia, H., Putri, R. M. S., Jumsurizal, J. 2022. Syarat mutu dan keamanan pangan kerupuk di Kota Tanjungpinang. Marinade. 5(01): 70-76.

Amir, N. & Mahdi, C. 2018. Evaluasi Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Pada Produk Perikanan di Kota Makassar. Fish Scientiae. 8(1): 14-24.

Andarwulan, N., F. Kusnandar, D. Herawati. 2011. Analisis Pangan.Dian Rakyat. Jakarta.

ApriandiA, Tarman K, Sugita P. 2016. Toksisitas Subkronis Ekstrak Air Kerang Lamis Secara In Vivopada Tikus Sprague Dawley. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia19(2):176-182.

Aslamsyah, S.&Fujaya, Y. 2010. Molting Stimulation and Growth of Mud Crabs (Scyllasp.) Through the Application of Artificial Feed Made from Food Waste Enriched with Spinach Extract.Ilmu Kelautan: Indonesian J. of Marine Sciences,15(3):170-178.

Azmi, A. R., Masri, M., Rasyid, R. 2018. Uji kualitatif boraks pada beberapa produk kerupuk ikan yang dijual di kota Padang tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. 7(4): 521-525.

Downloads

Published

2024-07-26

Issue

Section

Articles