BAHASA DAN KEKUASAAN POLITIK OPOSAN DI INDONESIA: ANALISIS Wacana KRITIS
DOI:
https://doi.org/10.31629/kiprah.v6i2.860Keywords:
bahasa, kekuasaan, politik, media sosial daringAbstract
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi-relasi kekuatan tak-tampak (hidden power) dengan proses ideologis yang muncul dalam wacana lisan atau tulisan. Fokus penelitian ini adalah pada gaya bahasa yang dipilih oleh para politikus oposan. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Wacana Kritis model Fairclough. Korpus data diperoleh secara acak dari 4 media sosial daring nasional yang tersaji di internet. Data diambil selama 3 bulan. Dari hasil penelitian diketahui, ada 4 kelompok dan 36 jenis gaya bahasa yang digunakan oleh para politikus dalam bertutur di media sosial daring, yaitu ironi (21 jenis), perbandingan (7 jenis), pertentangan (4 jenis), dan penegasan (4 jenis). Hasil juga diketahui 4 fenomena gaya bahasa politikus oposan di Indonesia, yaitu, 1) kecenderungan untuk menggunakan diksi yang bermakna sarkastik, melecehkan, membuli, menyudutkan, menyatakan yang sebaliknya, dan apriori; 2) kebenaran realistis dikalahkan oleh kebenaran praktis, 3) hilangnya sikap empati, penghargaan, dan kesantunan; 4) bahasa digunakan sebagai alat politik, dan bukan sebagai alat interaksi sebagaimana dimaksud dalam teori kesantunan berbahasa.