REPRESENTASI POLITIK DALAM FENOMENA KONFLIK GOA PINDUL DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL
Keywords:
Representasi, Politik, Konflik, KonstituenAbstract
Wisata Goa pindul menawarkan berbagai keindahan alam di sepanjang aliran sungai bawah tanah yang didalamnya terdapat stalaktit dan stalamit yang menjadi panorama menakjubkan bagi para pengunjungnya. Sering waktu, objek wisata Goa Pindul berubah menjadi kawasan wisata yang menjanjikan keuntungan. Namun, tidak semua pihak memiliki peluang yang sama untuk memperoleh pendapatan, sehingga ketidakadilan dalam “bagi-bagi kue†ini lah yang menjadi salah satu penyebab konflik berkepanjangan. Goa Pindul menyingkap banyak perdebatan terkait siapa pihak yang paling berhak mengelola dan mengapa berhak mengelola. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Melalui teori representasi dari Hannah Pitkins, tulisan ini akan mengkaji mengenai pemetaan representasi politik berdasarkan 4 hal yaitu identifikasi agen, konstituen, kepentingan yang diwakili dan juga responsivitas. Hasilnya diperoleh bahwa fenomena yang terjadi di Goa Pindul yaitu keterlibatan Atik Damayanti justru memperlihatkan hal yang berbeda dari konsep yang ditawarkan oleh Hannah Pitkin. Agen tidak selamanya ditentukan atau ditujukan untuk membela kepentingan konstituen tetapi tindakan agen justru ditentukan atau ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan elit itu sendiri dan keluarganya.
References
Bayu. (2015, September 4). Gunung Kidul Post. Retrieved Desember 14, 2015, from Gunung Kidul Post: http://www.gunungkidulpost.com/2015/10/dari-tukang-tas-jadi-kades.html
Darmawan, I. (2017). Menggugat (Praktik) Representasi Politik. Jurnal Politik Vol 2 No 2, 365-370.
Ekawati, E. (2014). Dari Representasi Politik Formal ke Representasi Politik Non-Elektoral. Jurnal Penelitian Politik Vol II No 2, 129-136.
Ezrow, L. (2010). Rethinking Citizens and Parties: How Electoral System Matter for Political Representation. Oxford: Oxford University Press.
Fatoni, M. (2011, Februari 22). Tribun Jogja. Retrieved Desember 14, 2015, from Tribun Jogja: http://www.jogja.tribunnews.com/2011/02/22/suparno-senang-bejiharjo-jadi-desa-wisata.html
Harjo. (2013, Desember 12). Gunung Kidul Online. Retrieved Desember 14, 2015, from Gunung Kidul Online: http://www.gunungkidulonline.com/wisata-gunungkidul-muncul-wacana-tiket-masuk-satu-pintu.html
Hendarti, B. (2013). Perempuan Menuju Kursi Parlemen Tahun 2013: Membangun Asetivitas Perempuan pada Kekuasaan Politik. Jurnal Perempuan Vol 18 No 4.
Jati, W. R. (2014). Historitas Politik Perempuan Indonesia. Jurnal Paramita Vol 24 No 2, 200-210.
Moleong, L. J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Remadja Karya.
Pitkin, H. F. (1967). The Concept of Representation. Barkeley: University of California.
Rajab, B. (2018). Representasi Perempuan dalam Lembaga Politik di Indonesia. Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 20 No 2, 553.
Rozaki, A., & dkk. (2014). Dari Representasi Simbolik Menuju Representasi Substatif. Yogyakarta: IRE.
Soraya, D. F. (2012). Representasi Perempuan di Parlemen. Jakarta: Skripsi Fisipol UI.
Subiantoro, B. E. (2013). Masa Depan Keterwakilan Perempuan dalam Pemilu Legislatif 2014. Jurnal Perempuan Vol 18 No 4.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suratmin. (2015, Oktober 26). Salah satu pengelola Pokdarwis Dewa Bejo. (Z. H. MS, Interviewer)
Tornquist, O., & dkk. (2009). Rethinking Popular Representation. Palgave: Macmillan.
Tremblay, M. (. (2008). Woman and Legislative Representation: Electoral Systems, Political Parties, and Sex Quotas. New York: Palgrave Macmillan.
Widiyanto, D. (2013, Juli 5). KRJogja. Retrieved Desember 14, 2015, from KRJogja: http://www.krjogja.com/read/163135/berebut-rupiah-goa-pindul.html
Wijaksana, M. (2004). Modul Perempuan untuk Politik: Sebuah Panduan tentang Partisipasi Perempuan dalam Politik. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.