Keanekaragaman Spons pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Malang Rapat, Kabupaten Bintan
DOI:
https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v4i2.2469Kata Kunci:
Keanekaragaman, Spons, Ekosistem Lamun, Kabupaten BintanAbstrak
Secara ekologis ekosistem padang lamun memiliki peranan penting pada daerah pesisir, antara lain sebagai produsen primer pada perairan dangkal, daerah pembesaran, pemijahan dan juga merupakan sumber makanan penting bagi beberapa jenis organisme. Salah satu biota asosiatif di ekosistem lamun adalah spons. Spons adalah hewan berpori yang hidup dengan cara menyaring makanannya dari air laut dan bersifat bentik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerapatan lamun, mengetahui jenis kepadatan spons, mengetahui karakter penciri lingkungan kepadatan spons, kerapatan lamun dan parameter lingkungan perairan. Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan 6 jenis spons Cinachyra sp., Raspailia arbuscula, Dendrilla antarctica, Petrosia sp., Tetrapocillon Novaezealandiae, Cinachyrella sp. Nilai kerapatan lamun berkisar antara 181 - 312 ind/m2 dengan kategori pada setiap stasiun di kategorikan sangat rapat. Kepadatan spons sebesar 5,2 ind/m2 - 6 ind/m2. Indeks keanekaragaman spons berkisar antara 0 - 0,4, pada semua stasiun dikategorikan rendah. Hasil analis komponen utama atau PCA menunjukan stasiun satu parameter lingkungan perairan tidak memiliki kedekatan dengan kerapatan lamun dan kepadatan spons. Sedangkan pada stasiun dua kepadatan spons memiliki kedekatan dengan parameter lingkungan perairan seperti pH dan suhu, pada stasiun tiga kerapatan lamun memiliki kedekatan dengan parameter lingkungan perairan seperti salinitas dan kecerahan.
Unduhan
Referensi
Abubakar, H., Wahyudi, A.T., & Yuhana, M. (2011). Skrining Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp. Sebagai Penghasil Senyawa Antimikroba. Jurnal Ilmu Kelautan. 16(1):35-40.
Abdullah, A. (2006). Isolasi dan Identifikasi Mikroba Simbion Spons Axinella sp. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 11(3):1-5.
Amir, I., & Budiyanto, A. (1996). Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara Umum. Oseana. (21):15-31.
Asro, M., Yusnaini, & Halili. (2013). Pertumbuhan Spons (Stylotella aurantium) yang Ditransplantasi Pada Berbagai Kedalaman. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1(1):133-144.
Aunurohim, & Subagio, I.B. (2013). Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih. Situbondo. Jurnal Sains & Seni ITS. 2(2):2337-3520.
Bakus, G.J. (2007). Quantitative Analysis of Marine Biological Communities: Field biology and environment. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. 435 hal.
DKP Kabupaten Bintan. (2011_. Profil Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan. Dinas Kelautan dan Perikanan. Kabupaten Bintan.
Dohrmann, M., Janussen, D., Reitner, J., Collins, A.G., & Worheide, G. (2008). Phylogeny and Evolution of glass sponge (Porifera, Hexactinnelida). Systematic Biology. 57(1):388-405.
Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Ekologi. Bumi Aksara: Jakarta.
Gosari, J.A, & Haris A. (2012). Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 22 (3): 256-162.
Haris, A., Soedharma, D., Zamani, N.P., Pariwono, J.L., & Rachmaniar. (2012). Seksualitas dan Perkembangan Gamet Spons Laut Aaptos aaptos Schmidt. Jurnal Natur Indonesia. 14(3):205-211.
Haedar, Sadarun, B., & Palupi, D.R. (2016). Potensi Keanekaragaman Jenis dan Sebaran Spons Di Perairan Pulau Saponda Laut. Kabupaten Konawe. Sapa Laut: Jurnal Ilmu Kelautan. 1(1): 1-9.
Hoek, F., Abu, D., Razak, Hamid, Muhfizar, Suruwaky, A.M., Ulat, M.A, Mustasim, & Arfah, A. (2016). Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Distrik Salawati Utara Kabupaten Raja Ampat. Jurnal Airaha. 5(1):87-95.
Ismet, M.S., Soedharma, D., & Effendi, H. (2011). Morfologi dan Biomassa Sel Spons Aaptos aaptos dan Petrosia sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 3(2): 153-161.
Kawaroe, M., Nugraha, A.H., Juraij, & Tasabaramo, I.A. (2016). Seagrass Biodiversity At Three Marine Ecoregions of Indonesia: Sunda Shelf, Sulawesi Sea, and Banda Sea. Biodiversitas Journal of Biological Diversity. 17(2):585-591.
Kelly, M. (2015). Splendid Sponges a guide of the Sponges of new Zealand. Version 1. NIWA TC Media Ltd. New Zealand.
Kepmen Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu kualitas air laut untuk biota laut.
Konuklugil, B., & Gozcelioglu, B. (2015). Antimicrobial Activity of Marine Samples Collected From the Different Coasts of Turkey. Turkish Journal of Pharmaceutical Sciences. 12(3):337-344.
Lemloh, M.L., Fromont, J., Brümmer, F., & Usher, K.M. (2009). Diversity and abundance of photosynthetic sponges in temperate Western Australia. BMC Ecol. 9(4):1-13.
Marzuki, I., Noor, A., Nafie, N.L., & Djide, M.N. (2014). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Shimbion Spons Penghasil Enzim Amilase Asal Pantai. Balikpapan. Jurnal Ilmiah. 1 (2): 11-18.
Maulana, M.I. (2018). Hubungan Morfotipe Lamun Dan Spons Di Perairan Pulau Pramuka. Kepulauan Seribu. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Panggabean, A.S., & Setyadji, B. 2010. Pengaruh Substrat dan Kedalaman Terhadap Pertumbuhan Spons (Callyspongia sp. ) di Perairan Jepara. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap. 3(3):175-181.
Posad, J., Ira, & Afu., L.O.A. (2017). Distribusi Spasial Lamun Berdarkan Kerapatan di Perairan Desa Sawapudo Kabupaten Konawe. Sapa Laut: Jurnal Ilmu Kelautan. 2(3):89-95.
Rachmat, R. (2007.) Spons indonesia Bagian Timur Keragaman, Distribusi, Kelimpahan, dan Kandungan Metabolik Sekundernya. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 3(1):123-138.
Rahmawati, S., Supriyadi, I.H., & Azkab, M.H., & Kiswara, W. (2014). Panduan Monitoring Padang Lamun. COREMAP CTI LIPI. Jakarta.
Rumampuk, Y.B.J., Wowor, P.M., & Mambo, C.D. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Spons Laut (Callyspongia aerizusa) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhia dan Streptococcus pyogenes. Jurnal e-Biomedik (eBm).5(2):1-7.
Sabdono, A. (2011). Microbial Symbionts in Marine Sponges Marine Natural Product Factory. Journal of Coastal Development. 11(2):57-61.
Siska, Puspita, L., & Sari, P.N. (2018). Struktur Komunitas Porifera (Spons) Di Perairan Pulau Layang dan Pulau Cokus Kelurahan Skanakraya. Kota Batam Kepulauan Riau. Simbiosa. 7(2): 109-121.
Suharyanto. (2008). Distribusi dan persentase tutupan sponge (porifera) pada kondisi terumbu karang dan kedalaman yang berbeda di perairan pulau barranglompo, sulawesi selatan. Biodiversitas. 9(3): 209-212.
Suriadarma, A. (2011). Dampak Beberapa Parameter Faktor Fisik Kima Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan Wilayah Pesisir Karawang. Jawa Barat. Riset Geologi dan Pertambangan. 21(1):21-36.
Suryanti, Ain, C., & Tishmawati, C.N. (2014). Hubungan Kerapatan Lamun (Seagrass) dengan Kelimpahan Syngnathidae di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Journal of Maquares. 3(4):147-153.
Thakur, N.L., & Müller, W.E.G. (2004). Biotechnological potential of marine sponges. Current Sci. 86(11): 1506-1512.
Yanti, H., Palupi, R.D., & Rahmadani. (2020). Keanekaragaman dan Kepadatan Spons di Perairan Lalowaru Sulawesi Tenggara. Sapa Laut: Jurnal Ilmu Kelautan. 5(1): 61-67.