Potensi Sumberdaya Lamun sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi di Perairan Beloreng, Tembeling, Kabupaten Bintan

Penulis

  • Puput Ika Putri Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111
  • Febrianti Lestari Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111 https://orcid.org/0000-0003-4361-7038
  • Susiana Susiana Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111 https://orcid.org/0000-0002-6792-0069

DOI:

https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v2i1.2348

Kata Kunci:

Lamun, Pencadangan Kawasan, Konservasi, Bintan, Perairan Beloreng

Abstrak

Penelitian mengenai potensi sumberdaya lamun sebagai pencadangan kawasan konservasi telah dilakukan di Perairan Beloreng, Tembeling, Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi ekologi sumberdaya lamun, mengetahui jenis biota yang berasosiasi di padang lamun, dan mengetahui tingkat kesesuaian sumberdaya lamun sebagai pencadangan kawasan konservasi di Perairan Beloreng, Tembeling, Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak sebanyak 31 titik menggunakan plot berukuran 0,5 x 0,5 meter. Hasil penelitian ditemukan 5 jenis lamun yaitu, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, dan Halophila decipiens. Jenis biota yang dijumpai diantaranya kepiting rajungan (Portunus pelagicus), kerang kampak (Atrina pectinata), siput gonggong (Strombus turturella), ikan baronang (Siganus sp.), teripang jepun (Stichopus chloramatus), dugong (Dugong dugon) dan ular (Bungarus fasciatus). Tingkat kesesuaian sumberdaya lamun dilihat dari aspek ekologi, sosial dan budaya tergolong dalam kategori S2 (sesuai bersyarat) untuk dijadikan pencadangan kawasan konservasi lamun.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Azkab, M.H. (2000). Produktivitas di Lamun. Jurnal Oseana, 25 (1): 13-22.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bintan. (2010). Potensi Ekosistem Penting dan Kondisi Hidrologisnya di Wilayah Bintan Bagian Timur. Kabupaten Bintan.

Gosari, J.A., & Haris, A. (2012). Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde. Torani: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 22(3): 256-162.

Hardiyanti, S., Umar, M.R., & Priosambodo, D. (2011). Analisis Vegetasi Lamun di Perairan Pantai Mara Bombang Kabupaten Pinrang. E-Journal FMIPA. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Kementerian Kelautan Perikanan. (2013). Data dan Informasi Kriteria Pertimbangan dan Penentuan Dealinasi Serta Pengaturan Kawasan Konservasi dalam RZWP3K. Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penelitian Status Padang Lamun.

Krebs, C.J. (1985). Ecology. The Experimental Analysis Of Distribution And Abundance. Third Edition. Harper And Row Publisher Inc. New York.

Kuo, J. (2007). New Monoecious Seagrass of Halophila sulawesii (Hydrocharitaceae) from Indonesia. Aquatic Botany, 87: 171-175.

Purba, R.R., Lestari, F., & Kurniawan, D. (2018). Hubungan Kerapatan Lamun dengan Kelimpahan Gastropoda di Perairan Tanah Merah Desa Penaga Kabupaten Bintan. Repository UMRAH.

Purnomo, H.K., Yusniawati, Y., Putrika, A., Handayani, W., & Yasman. (2017). Seagrass species diversity at various seagrass bed ecosystems in the West Bali National Park Area. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, 3(2): 236-240.

Raharja, S. (2008). Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit Oleh Auditor Bpk. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 15(1): 54-66.

Rahmawati, S., Indarto, H.S., Azkab, M.H., & Kiswara, W. (2014). Panduan Monitoring Padang Lamun. Coremap CTI LIPI. Jakarta.

Sari, D.P., Lestari, F., & Kurniawan, D. (2018). Hubungan Kerapatan Lamun Dengan Kepadatan Bivalvia di Perairan Desa Pengudang. Repository UMRAH.

Syukur, A. (2015). Distribusi, Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) dan Status Konservasi di Pulau Lombok. Jurnal Biologi Tropis, 15(2): 171-182.

Syukur, A. (2016). Konservasi Lamun untuk Keberlanjutan Sumberdaya Ikan di Perairan Pesisir Indonesia. Jurnal Biologi Tropis, 16(1): 56-65.

Wagey, B.T., & Sake, W. (2013). Variasi Morfometrik Beberapa Jenis Lamun di Perairan Kelurahan Tongkeina Kecamatan Bunaken. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 3(1): 36-44.

Yulianda, F., (2007). Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Faultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2018-11-30

Cara Mengutip

Putri, P. I., Lestari, F., & Susiana, S. (2018). Potensi Sumberdaya Lamun sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi di Perairan Beloreng, Tembeling, Kabupaten Bintan. Akuatiklestari, 2(1), 14–21. https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v2i1.2348