Struktur Komunitas Fitoplankton pada Daerah Pascatambang Bauksit dan Lahan Basah Alami di Pulau Bintan

Authors

  • Tri Apriadi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111
  • Ginanjar Pratama Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111
  • Heru Diwan Arpas Mahasiswa Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111
  • Irvan Hasan Ashari Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111

DOI:

https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v1i1.2355

Keywords:

Fitoplankton, Wetland, Bintan, Bauksit

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan struktur komunitas fitoplankton pada lahan pascatambang bauksit serta lahan basah alami di Pulau Bintan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 di kecamatan Kijang (lahan pascatambang bauksit) dan kecamatan Toapaya (lahan basah alami), Kabupaten Bintan. Penentuan titik sampling dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Setiap lokasi terdiri atas 3 stasiun. Perbedaan stasiun ditentukan berdasarkan pertimbangan tipe lahan basah, yaitu pada waduk, sungai, dan rawa. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan metode statis dan pencacahan dengan metode sensus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada lahan pascatambang bauksit (Kijang) ditemukan 40 jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam 10 kelas dan 6 filum. Keanekaragaman pada lokasi ini cenderung rendah dengan keseragaman yang sedang (labil) dan tingkat dominansi rendah. Sementara itu, pada lahan basah alami (Toapaya) ditemukan 35 jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam 10 kelas dan 7 filum. Keanekaragaman pada lokasi ini cenderung rendah dengan tingkat keseragaman yang bervariasi yaitu rendah (stasiun 1), tinggi (stasiun 2), dan sedang (stasiun 3), serta memiliki tingkat dominasi yang cenderung rendah.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang [BPS Kota Tanjungpinang]. (2015). Statistik Daerah Kota Tanjungpinang 2015. Tanjungpinang: Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang.

Dianthani, D. (2003). Identifikasi Jenis Plankton di Perairan Muara Badak Kalimantan Timur. Institut Pertanian Bogor.

Dobson, M., & Frid, C. (1998). Ecology of Aquatic System. Pearson Education Limited. Harlow.

Moss, B. (2010). Ecology of Freshwaters: a View for The Twenty-First Century. 4th ed. John Wiley & Sons, Ltd. UK.

Odum, E.P. (1993). Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Penerjemah Samingan T, Editor Srigando. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 697 hal.

Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N. Suryadiputra, & A. A. Meutia. (2005). Lahan Basah Buatan di Indonesia. Wetlands International -Indonesia Programme. Bogor.

Reynolds, C.S. (2006). The Ecology of Phytoplankton. Cambridge University Press. New York.

Suthers, L.M & Rissik, D. (2009). Plankton: a Guide to Their Ecology and Monitoring for Water Quality. CSIRO Publishing. Collingwood.

Published

2017-11-30

How to Cite

Apriadi, T., Pratama, G., Arpas, H. D., & Ashari, I. H. (2017). Struktur Komunitas Fitoplankton pada Daerah Pascatambang Bauksit dan Lahan Basah Alami di Pulau Bintan. Jurnal Akuatiklestari, 1(1), 14–20. https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v1i1.2355