Analisis Kondisi Lamun Enhalus acoroides di Perairan Desa Sutera Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara

Penulis

  • Ronaldus Oa Jo Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia 78124
  • Sukal Minsas Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia 78124
  • Ari Antasari Kushadiwijaya Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia 78124
  • Nora Idiawati Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia 78124

DOI:

https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v6i.5152

Kata Kunci:

Lamun, Kerapatan, Tutupan, Parameter Perairan, Enhalus acoroides

Abstrak

Lamun merupakan salah satu ekosistem penting untuk kehidupan biota laut di sekitarnya. Salah satu spesies lamun yang ada di perairan Desa Sutera, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara adalah Enhalus acoroides. Kajian kondisi lamun dan parameter perairan perlu dilakukan sebagai informasi awal untuk pengelolaan secara terpadu. Analisis kondisi lamun meliputi kerapatan jenis, dan persentase tutupan jenis. Pengambilan data lamun dilakukan dengan metode line transect pada satu stasiun terdapat 3 line transek dengan panjang 50 m dan lebar 10 m dan kuadran transek 50 cm x 50 cm yang dipasang tegak lurus dengan garis pantai ke arah laut. Kerapatan jenis E. acoroides pada stasiun I, II dan III adalah 25,87 ind/m², 16,37 ind/m², dan 20,5 ind/m², secara berurutan. Rata-rata persentase tutupan lamun E. acoroides pada stasiun I, II dan III adalah 27,77%, 17,01% dan 21,52% secara berurutan. Data kerapatan jenis dan persentase tutupan lamun ini dapat dikategorikan lamun di perairan dalam kondisi jarang. Parameter fisika-kimia perairan di Desa Sutera, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), kecerahan, kedalaman dan substrat telah dilakukan. Perairan Desa Sutera memiliki salinitas 19-20‰, temperatur 29-30oC dan pH 5,70-7,45. Kedalaman 1,38 cm dan kecerahan habitat lamun 45 cm. Substrat yang ditemukan berupa substrat debu, liat dan pasir yang di mana jenis substrat ini kurang cocok untuk pertumbuhan lamun E. acoroides. Hasil analisis korelasi antara kerapatan lamun dengan parameter fisika-kimia perairan menunjukan nilai korelasi dari sedang hingga sangat kuat hal ini sesuai dengan data lapangan dimana parameter fisika-kimia perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan lamun.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Arthana I.W. (2012). Jenis dan Kepadatan Padang Lamun di Pantai Sanur Bali. Jurnal Lingkungan Bumi Lestari, 5(2): 2527-6158

Effendi, H. (2003).Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kansius.

Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara Press. Jakarta

Fauziah, I.M. (2004). Struktur Komunitas Lamun di Pantai Batu Jimbar Sanur. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Gusmalawati, D., Sanova, A.S.S. (2018). Tutupan Lamun Thalassia hemprichii di Perairan Dusun Karang Utara, Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Jurnal of Fisheries and Marine Research., 2(3): 186-191.

Hukom, F.D., &P elasula, D. (2012). Baseline Studi Kondisi Terumbu Karang, Lamun dan Mangrove di Perairan Pantai Utara Sebelah Timur (Lautem, s.d.com) Timor Leste. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 86 hlm.

Kawaroe, M., Nugraha, A.H., & Juraij. (2016). Ekosisem Padang Lamun. PT Penerbit IPB Press, Bogor: Indonesia. 114 hlm.

Kawaroe, M., Nugraha, A.H., Juraij, & Tasabaramo, I.A. (2016). Seagrass Biodiversity at there Marine Ecoregions of Indonesia Sunda Shelf, Sulawesi Sea, and Banda Sea. J. Biological Diversity, 17(2): 585-591

KEPMEN LH (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup) No.200 tahun 2004. Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lmun.

KEPMEN LH (Keputusan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup) No.Kep 51/MENLH/2004. Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup. 11 hlm.

Kiswara, W. (2004). Kondisi Padang Lamun ( Seagrass) di Teluk Banten 1998-2001. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseaanologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Kordi, M.G.H. (2011). Ekosistem Lamun (Seagrass) Fungsi, Potensi Pengelolaan. Rineka Cipta: Jakarta.

Marwanto. (2017). Kondisi Ekosistem Padang Lamun di Perairan Desa Mantang Baru, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.

Minerva, A., Purwanti, F., & Suryanto, A. (2014). Analisis Hubungan Keberadaan dan Kelimpahan Lamun dengan Kualitas Air di Pulau Karimunjawa. Diponegoro Journal of Maquares, 3(4): 88-94.

Rahmawati, S. (2011). Ancaman Terhadap Komunitas Padang Lamun. Oseana, 36(2): 49-58

Rifai, H., Patty., & Simon I. (2013). Struktur Padang Lamun di Perairan Mantehage, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 4(1): 177-186.

Rahmawati, S., Irawan, A., Supriyadi, I.H., & Azkab, M.H. (2014). Panduan Monitoring Padang Lamun. Pusat Penelitian Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI): Jakarta

Ruswahyuni. (2008). Relationship Between Abundance of Meiofauna in the Density Level of Different Sea Grass in Panjang Island Beach Jepara. Jurnal Saintek Perikanan, 4(1): 35-41.

Rosada, K.K., Sunardi, T.D.K., Pribadi, & Putri, S.A. (2017). Struktur Komunitas Fitoplanton pada berbagai Kedalaman di Pantai Timur Pananjung Pangandaran. J. Biodjati, 2(1): 30-37.

Sakarudin, M.I. (2011). Komposisi Jenis, Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas Tutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun 1990-2010. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. CV.Alfabeta: Bandung

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta: Bandung

Sjafrie, N.D.M., Hernawan, U.E., Prayudha, B., Supriyadi, I.H., Iswari, M.Y., Rahmat, Anggraini, K., Rahmawati, S., & Suyarso. (2018). Status Padang Lamun Indonesia. Pusat Oseanografi: Jakarta

Sofiana, M.S.J., Safitri, I., Risko., Saputri, K.E., & Nurcahyanto, T. (2020). Analisis Kondisi Lamun Thalassia hemprichii di Perairan Pulau Kabung, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 10(2): 149-159

Wirawan, A. (2014). Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun yang Ditransplantasi secara Multispesies di Pulau Barranglompo. [Skripsi]. Jurusan Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Hassanudin. Makassar.

Zubra, N. (2018). Pengenalan Padang Lamun, Suatu Ekosisem yang Terlupakan. Unimal Press: Aceh.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-04-28

Cara Mengutip

Jo, R. O., Minsas, S., Kushadiwijaya, A. A., & Idiawati, N. (2023). Analisis Kondisi Lamun Enhalus acoroides di Perairan Desa Sutera Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Akuatiklestari, 6, 108–115. https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v6i.5152