https://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/issue/feedRegalia: Jurnal Riset Gender dan Anak 2024-11-28T11:49:10+08:00Redaktur Jurnal Gender dan Anakpuslit_ppga@umrah.ac.idOpen Journal Systems<p>Riset Gender dan Anak Journal with e-ISSN: 2962-3979, published by Study Center of Gender dan Children (PSGA) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kepualaun Riau. The word Regalia comes from English which means symbol of greatness.The editor invites scientists, scholars, professionals, practitioners and researchers in various disciplines to contribute, both of research articles and literature reviews that is concerned with <em>gender, children, elderly, and difabel studies in various perspectives including Islamic studies, religion, culture, politic, education, psychology, sexual harassment, parenting, race and minority class, language and literature, and feminism</em>. The manuscripts accepted will be published after selection, review of sustainable reviewers, and editing process</p>https://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/article/view/7341Pembagian Peran Dalam Prosesi Sembahyang Arwah Masyarakat Flores Desa Pengudang Kabupaten Bintan2024-11-15T13:05:04+08:00CLARIS VEGAWATIclarisega13@gmail.comSri Wahyunisriwahyuni@gmail.comMarisa Elseramarisaelsera@umrah.ac.id<p>Sering kali dalam beberapa warisan budaya dan tradisi tertentu<br />terdapat peran gender yang berbeda antara laki – laki dan<br />perempuan dan seakan peran tersebut merupakan peran yang<br />diharapkan kepada laki-laki dan perempuan yang besifat kodrati<br />dan tidak dapat dipertukarkan. Pembagian peran inilah yang<br />kemudian menempatkan posisi laki-laki dan perempuan pada<br />posisi sosial tertentu. Peneltian ini bertujuan untuk melihat<br />bagaimana pembagian peran dalam prosesi sembahyang arwah<br />masyrakat Flores Desa Pengudang Kabupaten Bintan.<br />Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan<br />pendekatan deskriptif. Teknik menentukan informan dalam<br />penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil<br />dari temuan peneltian ini adalah adanya pembagian peran dalam<br />prosesi sembahyang arwah disebabkan oleh adanya konstruksi<br />sosial tentang peran gender antara laki-laki dan perempuan<br />yang berkaitan dengan maskulinitas dan feminitas dalam<br />masyarakat Flores yang pada kahirnya memunculkan anggapan<br />terhadap perempuan bahwa perempuan adalah pendatang,<br />perempuan itu dibeli, dan sesajen sebagai suatu hal yang sakral<br />sehingga hal tersebut tidak dibenarkan untuk diperankan oleh<br />perempuan.</p>2024-11-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 CLARIS VEGAWATI, Sri Wahyuni; Marisa Elserahttps://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/article/view/7102 Resosialisasi Keluarga Pada Anak Berhadapan Dengan Hukum Di Kecamatan Batuaji Kota Batam2024-08-04T22:37:49+08:00fitria nur fitria nur lisdianingrumfningrum54@gmail.comRahma Syafitrirahma.syafitri@umrah.ac.ic<table style="height: 837px;" width="804"> <tbody> <tr> <td width="16"> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> <p> </p> </td> <td width="411"> <p>Abstrak</p> <p>Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang telah menyelesaikan pasca rehabilisasi seringkali menemui kesulitan dalam proses kembali ke dalam masyarakat. Hal ini juga dikarenakan adanya stigma buruk dan juga penolakan dari lingkungan sekitar yang dapat mendorong anak tersebut kembali ke perilaku yang lama dan tidak diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu disinilah pentingnya peran keluarga dalam membantu Anak Berhadapan Hukum untuk melewati tahapan tersebut. Maka dari itu diperlukannya adanya peran keluarga dalam resosialisasi pasca rehabilisasi oleh pihak keluarga untuk mengembalikan anak tersebut ke dalam masyarakat dan juga agar anak tersebut tidak mengulangi kembali kesalahan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran keluarga pada resosialisasi Anak Berhadapan Hukum di Kecamataan Batu Aji Kota Batam. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif dan juga menggunakan informan sebanyak 3 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, serta teknik dan alat pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan juga dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori peran oleh tallcot parson. Hasil penelitian ini ialah peran keluarga pada resosialisasi Anak Berhadapan Hukum sangat penting, peran keluarga tersebut dapat dilihat dari pendekatan pihak keluarga, peningkatan kontrol keluarga, komitmen pihak keluarga pada Anak Berhadapan Hukum, kerjasama dalam resosialisasi pihak keluarga dengan pihak lain, penerapan norma dan nilai, dari peran keluarga tersebut dapat membuat Anak Berhadapan Hukum mendapatkan penerimaan kembali ke dalam masyarakat.</p> </td> </tr> </tbody> </table>2024-11-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 fitria nur fitria nur lisdianingrum; Rahma Syafitrihttps://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/article/view/6508 Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah di Perumahan Citra Pelita 5 Kelurahan Batu Ix Kecamatan Tanjungpinang2024-06-25T17:40:18+08:00Alfi Husnialfi.husni86@gmail.comEmilia Ningsihemili.ningsih@gmail.comDesmayeti Arfadesmayeti@stisipolrajaalihaji.ac.id<p>Dalam perkembangan pola pikir anak keluarga merupakan tempat dan sekaligus lingkungan yang pertama bagi anak. Sehingga orang tua harus benar-benar bisa menjadi orang tua yang bisa menjalankan perannya masing-masing yaitu ayah dan ibu yang bisa memberikan pola asuh yang baik dan tepat untuk anaknya. Metode yang digunakan peneliti di dalam penelitian ini dengan cara metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Peneliti melakukan penelitian di lokasi Perumahan Citra Pelita 5 Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur. Berdasarkan hasil keterangan yang di dapati oleh peneliti setelah melakukan peneltian kepada informan yaitu orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu bekerja yang memiliki anak yang masih berusia Prasekolah di Perumahan Citra Pelita 5 Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur. Seperti yang dilakukan oleh 2 pasang orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu bekerja di Perumahan Citra Pelita 5 Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur. Bahwa meskipun mereka bekerja dan anaknya di titipkan kepada pengasuhnya orang tua ayah dan ibu ini tetap berprinsip memberikan pola asuh secara otoriter dengan alasan agar anak mereka menjadi lebih mandiri, tanggung jawab, disiplin, anak menjadi patuh dan takut untuk melakukan hal atau tindakan yang tidak diinginkan tuanya yang bersifat tidak baik untuk anaknya menurut kedua orang tuanya.</p>2024-11-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Alfi Husni, Emilia Ningsih, Desmayeti Arfahttps://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/article/view/7274Kekerasan di Layar: Analisis Simulacra dalam Representasi Anak di Media Online2024-10-16T08:46:59+08:00Marisa Elseramarisaelsera@umrah.ac.id<p>The purpose of this study is to describe the form of representation of violence against children through online media. The theory used in this research is Jean Baudrillard's simulacra theory. The research method uses a qualitative method with a literature approach. The results of this study show that exposure to violence in online media affects the representation of violence in children. Finally, children not only represent existing violence but also internalise the images and narratives produced by the media. The process of imitation, image or duplication of the representation of the reality of violence then exceeds the existing reality to form a new reality. Cases of child abuse caused by online media can use online games, social media, films and television to creative activities that children often access. This research also shows that desensitisation occurs in children due to repeated exposure.</p>2024-11-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Marisa Elserahttps://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/article/view/6547Ketidakadilan Gender dalam Budaya Patriarki2024-06-23T19:40:07+08:00MUHAMMAD FARIED SEFTHIYANKicksgreen10@gmail.comMUHAMMAD ARIYO MUMTAZariyomumtaz@gmail.comSAJIDAH ASYAMI HIDAYATsajidahasyami@gmail.comMUHAMMAD ANDI SEPTIADIAndiSeptiadi@gmail.com<p> </p> <table style="height: 389px;" width="768"> <tbody> <tr> <td width="409"> <p><em>Dalam bermasyarakat pasti ada sesuatu yang lebih di unggulkan. Contoh kedudukan laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Atau seseorang yang memiliki sifat yang tidak sesuai dengan Masyarakat umum. Dalam hal ini budaya Patriarki akan berperan penting dalam bersosial di Masyarakat karena menjadikan peran laki laki lebih dominant dibanding Perempuan. Pada hal ini Perempuan harus diunggulkan dan orang orang berbeda baik sifat dan ras yang tidak sesuai khalayak umum harus dianggap setara sebagaimana mestinya. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah kualitatif yang mana sumber yang kami dapat berasal dari jurnal, artikel dan video yang beredar di internet, serta penelitian terdahulu. Dalam pembahasan ini isu ketidakadilan gender dalam budaya patriarki telah berdampak pada kehidupan sosial bermasnyarakat dari zaman dahulu hingga sekarang, dimana terdapat perbedaan hak yang didapat kepada Perempuan dalam hal kebebasan yang sebelumnya mereka tidak dapatkan diantaranya Perempuan pada zaman dahulu tidak mendapat Pendidikan yang layak, sulit mendapat pekerjaan, bahkan mereka kurang mendapat hak dalam hukum yang berlaku. Pada masa ini telah terjadi perubahan yang sangat signifikan terhadapa budaya patriarki, dimana Perempuan dapat mengutarakan hak-hak yang bahkan setara dengan laki-laki.</em></p> </td> </tr> </tbody> </table>2024-11-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 MUHAMMAD FARIED SEFTHIYAN, MUHAMMAD ARIYO MUMTAZ, SAJIDAH ASYAMI HIDAYAT, MUHAMMAD ANDI SEPTIADIhttps://ojs.umrah.ac.id/index.php/jga/article/view/6503Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan2024-06-27T16:05:39+08:00EKO SETIAWAN Ekooke.setia@gmail.com<p><em>Studi gender saat ini</em><em>,</em><em> melihat bahwa ketimpangan gender </em><em>disebabkan</em><em> </em><em>karena</em><em> ketidakmampuan bersaing dengan kaum lelaki. Oleh karena</em><em>,</em><em> upaya yang dilakukan adalah mendidik kaum perempuan dan mengajak mereka berperan serta dalam pembangunan. Namun kenyataannya proyek-proyek peningkatan peran serta perempuan</em><em>,</em><em> salah arah dan justru mengakibatkan beban bagi perempuan tanpa hasil yang memang menguatkan kedudukan perempuan sendiri. Dalam realitas </em><em>di tengah</em><em> masyarakat terdapat adat kebiasaan yang tidak mendukung dan bahkan melarang keikutsertaan perempuan dalam pendidikan formal. Bahkan ada nilai yang mengemukakan bahwa “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya ke dapur jugaâ€Â. </em><em>Ada pula anggapan seorang gadis harus cepat-cepat menikah agar tidak menjadi perawan tua. Paradigma seperti inilah yang menjadikan para perempuan menjadi terpuruk dan dianggap rendah kaum laki-laki</em></p>2024-11-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 EKO SETIAWAN Eko